Rafik Elyas: Tanggul Perusahaan Berpotensi Picu Banjir Bandang di Muba

Rafik Elyas menyoroti dampak tanggul perusahaan terhadap banjir di Muba. ( Foto : 1st — info kota sekayu )

MUSI BANYUASIN ( INFO KOTA SEKAYU )

Pengelolaan lingkungan di beberapa wilayah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), khususnya Kecamatan Sanga Desa, Babat Toman, Lawang Wetan, dan Sekayu, dinilai perlu mendapatkan perhatian serius. Kawasan yang berada di bantaran rawa dan diapit dua sungai besar—Sungai Musi dan Sungai Batang Hari Leko—memiliki risiko tinggi terdampak banjir bandang ketika debit air meningkat.

Wakil Ketua PWI Muba, Rafik Elyas, menyoroti praktik sejumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membangun tanggul atau tembok penahan air di sepanjang batas lahan mereka. Menurutnya, langkah tersebut justru mengancam keselamatan lingkungan dan masyarakat sekitar.

“Pemerintah mestinya mengimbau perusahaan untuk tidak membangun tanggul seperti itu. Banyak perusahaan membuat tembok penahan air dekat sungai besar. Akibatnya, air tidak mengalir merata. Di lahan perusahaan hanya setinggi mata kaki, tetapi di permukiman warga bisa mencapai paha orang dewasa,” tegas Rafik, Rabu (10/12/2025).

Rafik mencontohkan kejadian di Jalan Plakat Tinggi, tepatnya di sekitar Jembatan Tanjung Duku, Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu.

Sejak adanya penimbunan oleh perusahaan, air dari hulu sungai terbendung dan menggenangi jalan poros dengan kedalaman yang cukup ekstrem.

“Dulu saat musim banjir, paling tinggi hanya setinggi betis anak-anak. Itu pun ketika jalan masih tanah merah. Sekarang, dengan kondisi jalan sudah dicor beton dan hotmix, justru air melimpah sampai setinggi paha,” ujarnya.

Rafik mengingatkan bahwa sebelum tahun 1990, kawasan hutan dan rawa di sekitar dua sungai besar itu sangat luas dan berfungsi sebagai “terminal air” secara alami.

Namun kini, ketika hutan dan rawa dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit, ruang tampungan air pun semakin menyempit.

“Banyak rawa ditimbun untuk pembangunan dan perkebunan. Pertanyaannya: ke mana jutaan kubik air yang dulu ditampung rawa-rawa? Dampaknya kini dirasakan warga—air masuk ke jalan, pemukiman, kantor, dan sekolah,” ujarnya.

Ia khawatir, apabila curah hujan ekstrem terjadi, Muba dapat mengalami musibah serupa daerah-daerah lain yang pernah dilanda banjir bandang besar seperti Aceh, Sumut, atau Sumatera Barat.

Sebagai insan pers, Rafik menegaskan pentingnya Pemkab Muba melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan lingkungan, terutama terkait perizinan dan aktivitas perusahaan-perusahaan besar di kawasan rawan banjir.

“Ini peringatan agar Pemkab Muba ke depan berbenah. Jangan sampai kepentingan perusahaan lebih diutamakan sementara masyarakat yang dirugikan,” tegasnya.

(Ulandari — Info Kota Sekayu)

Redaksi INFO KOTA SEKAYU

Share :